Use this space to put some text. Update this text in HTML

iklan

Minggu, 31 Agustus 2014

Contoh Cerpen



Rahasia Dinda
Pada suatu hari cuaca sangat indah dibulan Agustus. Mentari pagi bersinar hangat dan udara sejuk dipagi hari. Namun hal itu tak berlaku bagi Dinda, siswi kelas XI disalah satu SMA ternama di Jakarta. Ia tampak berjalan melewati lorong demi lorong menuju kelasnya. Sesampainya dikelas ia hanya duduk dibangku nomor dua miliknya, tanpa satu pun kata terucap darinya.
Pelajaran nampak berlangsung seperti biasa. Namun Dinda yang biasanya aktif saat diberi pertanyaan. Untuk kali ini ia hanya diam saja. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya. Namun sepertinya ada sesuatu yang sengaja ia sembunyikan.
Kring…kring… kring.. bel pulang pun berbunyi. Semua siswa bergegas merapikan bukunya agar bisa untuk segera pulang, tak terkecuali Dinda. Ia segera merapikan bukunya dan meninggalkan kelas seorang diri tanpa ada teman yang menemaninya. Sesampainya digerbang sekolah ada seorang temannya yang menawarkan tumpangan dan mengajaknya pulang bersama. Biasanya  ia langsung menerima tawaran tersebut, namun untuk kali ini Dinda menolak tawaran tersebut tanpa alasan apapun. Dinda memilih untuk pulang seorang diri.
Semua tugas telah Dinda selesaikan, sore harinya Dinda pergi ke sebuah taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Dan tak lupa diary merah muda kesayangan ditangannya. Sesampainya di taman ia tampak merenungi suatu hal dan memulai untuk menulis pada buku diarynya. Ia mencurahkan segala isi hati dan hari-harinya pada diary kesayangan itu. Dan hanya pada diary itulah ia menceritakan segala curahan hatinya. Dinda memang terkenal tertutup pada teman-temannya dan bahkan ibunya sendiri. Dia memilih untuk menyimpan masalahnya sendiri tanpa menceritakannya kepada siapapun selain diarynya. Dahulu Dinda adalah seorang yang sangat terbuka. Namun sejak seorang teman yang telah lama ia percayai tiba-tiba mengkhianatinya, ia malah jadi seorang yang sangat tertutup seperti saat ini.
Dan disaat dia sedang sibuk-sibuknya menulis segala isi hatinya. Tiba-tiba ada seorang wanita yang kelihatannya masih sebaya dengan Dinda . Wanita itu duduk di sebelah Dinda dengan membawa bawaan yang kelihatan sangat berat, nampaknya seperti pendatang dari jauh. Tampak diraut wajahnya keletihan dan kebingunan, mungkin ia bingung dengan daerah yang terlihat asing baginya. Dengan nada putus asa ia menanyakan sebuah alamat yang tertulis pada selembar kertas ditangannya. Kemudian dengan nada datar Dinda menjawab segala pertanyaan yang dilontarkan kepadanya dengan singkat tanpa balik bertanya kembali.
Seperti hari-hari biasanya Dinda berangkat seorang diri, berjalan melewati lorong demi lorong menuju kelasnya. Sesampainya dikelas lagi-lagi dia hanya duduk dibangku miliknya untuk menunggu bel masuk berbunyi. Kring…kring…kring… bel masuk pun berbunyi, semua siswa berhamburan untuk segera masuk menuju kelas. Tampak dari kejauhan, seorang guru berjalan menuju kelas Dinda. Namun bukan guru pelajaran yang bersangkutan melainkan Bu Santi, wali kelas mereka. “ Selamat pagi…” kata bu Santi. “Selamat pagi bu…” jawab semua siswa. Semua siswa bertanya-tanya “Ada apa ini? “ “Kenapa ibu Santi yang masuk?” saut seorang siswa.“Tenang-tenang... Ibu hanya ingin member informasi kepada kalian. Mulai hari ini kalian akan memiliki teman baru.” Jelas ibu Santi. “Nadia, silakan masuk.” Suruh bu Santi kepada seorang siswi baru yang berdiri didepan pintu. “Nadia perkenalkan diri kepada teman-teman barumu.” Suruh Ibu Santi. “Baik bu.” Jawab Nadia dengan mengganggukan kepala. Kemudian Nadia mempeerkenalkan diri kepada teman-temannya. Pada awalnya Dinda hanya cuek-cuek saja, namun setelah melihat kearah Nadia. Ia tampak heran, “Sepertinya dia seperti gadis yang bertanya padaku kemarin.” Gumam dalam hatinya. Dan kebetulan bangku disebelah Dinda kosong, jadi Bu Santi menyuruh Nadia untuk duduk disamping Dinda. Sejak saat itu, Nadia jadi berteman dengan Dinda. Namun hal itu tak merubah sifat tertutup yang dimiliki oleh Dinda.
Semakin hari, Nadia berusaha untuk semakin dekat dengan Dinda, ia penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Dinda. Segala usaha telah Nadia lakukan, namun ia juga belum bisa mengungkap apa yang terjadi pada Dinda. Setiap jam istarahat, ia selalu mengajak Dinda ke Kantin dan mengobrol bersama. Segala hal ia ceritakan pada Dinda, walaupun Dinda hanya menjawabnya dengan cuek.Namun, Nadia tidak akan menyerah sampai ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai dengan suatu saat Nadia menemukan buku diary merah muda milik Dinda yang tertinggal dilaci bangku sekolah. Awalnya ia sempat ragu untuk membuka buku diary tersebut dan membacanya. Namun pada akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka dan membaca buku diary milik Dinda itu. Siapa tahu dari buku diary itu Nadia dapat membantu Dinda. Karena ia ingin sekali membantu Dinda untuk menyelesaikan masalahnya dan tak ingin Dinda terlarut- larut dengan masalah yang sedang ia hadapi.
Keesokan harinya Nadia bersikap biasa kepada Dinda seperti hari-hari yang lalu. Dalam hatinya dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal jika ia tidak segera mengatakan semuanya pada Dinda. Jadi ia memutuskan untuk mengajak Dinda makan siang sepulang sekolah. “Dinda? Nanti habis pulang sekolah makan siang bareng yuk… “ ajak Nadia. “Iya, tapi aku gak bisa lama-lama.” Jawab Dinda. “iya, bentar aja gak lama-lama.” Sahut Nadia girang. Dia merasa senang dengan jawaban Nadia yang menerima ajakannya.
 Dalam kesempatan itu Nadia menceritakan semuanya kepada Dinda, berharap agar Dinda bersifat terbuka padanya. “Dinda… maaf sebelumnya, kemarin aku tidak sengaja membaca buku diary milikmu. Sekarang aku udah tahu semuanya, jadi ku mohon padamu untuk menceritakan apa yang sedang kamu hadapi.” Kata Nadia. Namun, Dinda hanya diam saja. “Mungkin aku terlalu lancang untuk mengatakan semua ini. Namun , aku tak bermaksud begitu. Aku hanya ingin membantumu untuk menyelesaikan semua ini. Setidaknya kamu tidak akan menanggung masalahmu sendiri.” Jelas Dinda. “Kamu tidak mengerti.., kamu tidak pernah merasakan apa yang sedang aku rasakan.” Jawab Dinda dengan nada marah. “Sebaiknya kamu tidak usah ikut masuk dalam masalahku. Jika aku menceritakannya, bukan solusi yang akan aku dapatkan malah nanti semua orang akan mengetahui apa masalahku.” Bentak Dinda. Dan setelah itu, ia segera pergi meninggalkan Nadia.
Nampaknya Dinda masih marah dengan kejadian kemarin. Dari pagi hingga siang, ia terus saja menghiraukan keberadaan Nadia disebelahnya. Bahkan saat Nadia mengajaknya bicara, Dinda hanya diam saja. Seakan-akan tak ada orang yang mengajaknya bicara, dia malah pergi meninggalkan Nadia. Hal ini membuat Nadia semakin tidak nyaman, ia tak tahu lagi harus bagaimana agar Dinda tidak lagi marah kepadanya. Yang dia tahu hanyalah meminta maaf kepada Dinda, namun bagaimana mau minta maaf kalau Dinda terus saja menghiraukannya.
Nadia terus saja berusaha meminta maaf kepada Dinda, tapi Dinda tetap saja tidak menggubris hal tersebut. Walaupun begitu Nadia tidak putus asa, ia terus berusaha. Akhirnya Dinda pun luluh juga, mungkin lama-lama dia merasa kasihan juga kepada Nadia yang terus saja meminta maaf. “Baiklah Nadia aku akan memaafkanmu dan akan menuruti keinginanmu untuk menceritakan masalahku padamu. Tapi ada syaratnya.” Kata Dinda. “Terimakasih Dinda, apa syaratnya? Akan aku taati.” Sahut Nadia dengan semangat.”Syaratnya kamu tidak boleh menceritakan ini kepada siapa pun. Jika kamu melanggar hal itu, aku tak akan percaya lagi kepadamu.” Jawab Dinda. Kemudian Dinda menceritakan semua yang terjadi kepada Nadia. “Dahulu aku adalah seorang yang sangat periang, namun setelah kedua orang tuaku bercerai aku seperti kehilangan kebahagiaanku. Aku kehilangan kasih sayang dari mereka berdua.” Terang Dinda. Lalu Nadia memberikan nasihat kepada Dinda untuk lebih terbuka kepada orang yang benar-benar ia percaya. Nadia berusaha untuk meyakinkan Dinda bahwa masih ada orang yang lebih berat masalahnya didunia ini. “Biarpun orang tuamu bercerai tapi kamu masih bisa melihat mereka.Dibanding anak-anak diluar sana yang bahkan tidak tahu siapa ayah dan ibunya.” Jelas Nadia. Sejak saat itu mereka menjadi sahabat yang saling terbuka satu sama lain dan berbagi suka duka yang mereka alami.

Praktikum Pengamatan Bentuk Sel



Laporan Praktikum Pengamatan Bentuk Sel
smaracatur.jpg

Disusun oleh :
Kelompok 4 (XI MIA 4)
1.  Fayarani Yuliandini      (13)
2.     Hanintyo Ary Utomo   (17)
3.     Lucky Pranata            (21)
4.     Muh. Afifudin              (24)
5.     Muh. Yumna Majdina (25)
6.     Oktaviana Eka K        (28)





Laporan Praktikum Pengamatan Bentuk Sel

Tujuan Praktikum :
Mengetahui bentuk-bentuk sel dan bagian-bagiannya.
Alat dan Bahan :
  1.    Mikroskop 
  2.      Kaca preparat / kacaobjek
  3.     Kaca penutup
  4.    Air
  5.  Umbi bawang merah
  6.    Kapuk/kapas
  7.  Gabus singkong
  8.   Beras
  9.  Kacang hijau
  10.   Pinset
  11.  Silet
     
Langkah Kerja:
  1.   Buatlah preparat dari umbi bawang merah dengan cara mengambil selaput tipis yang ada ditiap lapis umbi bawang.
  2.  Letakan selaput tipis tersebut diatas kaca objek, tetesi dengan air, dan tutuplah dengan kaca penutup.
  3.  Amati dibawah mikroskop, dimulai dengan perbesaran 100 kali, kemudian dengan perbesaran 400 kali.
  4.  Gambarlah sel tumbuhan beserta bagian-bagiannya yang terlihat.
  5. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan kapuk/kapas, gabus singkong, beras dan kacanghijau.


Hasil Pengamatan:
Gmb.1  Sel Gabus Singkong
 
 

Gmb.2 Sel Kapas/Kapuk
 
 

Gmb.3 Sel Bawang Merah
 
 
Gmb.4 Sel Beras
 
 

Gmb. 5 Sel Kacang Hijau